Thursday, December 2, 2010

Bertemu Obama Ternyata Ada Syaratnya


Bertemu Obama Ternyata Ada SyaratnyaTRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON --- Bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama ternyata tidak gampang, meski yang meminta adalah sesama presiden. Presiden Slovenia harus memenuhi syarat, yaitu bersedia menjadi tempat penitipan seorang napi asal Guantanamo, baru bisa bertemu orang nomor satu di AS itu.

Demikian bocoran dokumen rahasia pemerintah AS, yang dipublikasikan oleh laman Wikileaks, Minggu 28/11/2010). Bocoran ini juga dimuat sejumlah media massa internasional di AS dan Eropa.

Wikileaks mengungkapkan bahwa satu set lengkap dokumen itu terdiri dari 251.287 data dan terdiri dari 261.276.536. "Ini tujuh kali lebih banyak dari 'The Iraq War Logs,' yang merupakan bocoran informasi rahasia yang sudah dipublikasikan sebelumnya," tulis Wikileaks.

Harian Inggris, Daily Mail, mengungkapkan salah satu bocoran dokumen yang menyebutkan bahwa bila Presiden Slovenia ingin bertemu dengan Obama maka negara itu harus mengambil seorang tahanan dari Guantanamo.

"Slovenia tampaknya diberitahu bahwa bila ingin ada pertemuan dengan presiden, maka mereka harus bersedia menerima seorang tahanan," tulis Daily Mail, mengutip bocoran dokumen itu, yang merujuk kepada tahanan asal kompleks penjara Guantanamo.

Penjara itu berada di Teluk Guantanamo, yang merupakan pangkalan angkatan laut AS yang mereka sewa dari Kuba. Namun, tahun 2002, Presiden George W. Bush, mengalihkan pangkalan itu menjadi kompleks penjara bagi mereka yang diduga terlibat dalam terorisme.

Sebagian besar tahanan disana berasal dari Afganistan, Irak, dan juga menampung warga negara-negara lain. Tak lama setelah dilantik jadi presiden baru AS pada Januari 2008, Obama ingin agar semua tahanan dipindahkan dari Guantanamo dan selanjutnya menjalani pengadilan sipil.

Namun, proses itu tidak berjalan mulus karena sejumlah pemerintah lokal di AS menolak menampung mereka sehingga Washington terpaksa melobi negara-negara lain untuk bersedia menjadi tempat penampungan tahanan.

Sementara bocoran dokumen lain mengungkapkan bahwa AS pun berupaya membujuk negara pulau terpencil, Kiribati, untuk menampung sejumlah tahanan Muslim asal China. Kiribati pun ditawari insentif jutaan dolar. 

Bahkan, menurut bocoran dokumen itu, Belgia kemungkinan juga dibujuk agar bersedia mengambil tahanan dari Guantanamo. Sebagai imbalan, AS akan membantu Belgia menjadi salah satu negara terkemuka di Eropa. 

Wikileaks mengungkapkan bahwa satu set lengkap dokumen itu terdiri dari 251.287 data dan terdiri dari 261.276.536. "Ini tujuh kali lebih banyak dari 'The Iraq War Logs,' yang merupakan bocoran informasi rahasia yang sudah dipublikasikan sebelumnya," tulis Wikileaks.

Satu set dokumen itu, menurut Wikileaks, menghimpun laporan kawat diplomatik dari tanggal 28 Desember 1966 hingga 28 Februari 2010. Laporan ini berasal dari 274 kedubes, konsulat, dan kantor misi diplomatik AS di mancanegara.

Menurut stasiun televisi CNN, saat ditanya mengenai bocoran data-data itu, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, PJ Crowley, hanya mengatakan bahwa bukanlah kebijakan AS untuk mengomentarinya.

No comments:

Post a Comment